Rizki Juniansyah menorehkan sejarah angkat besi Indonesia di Olimpiade 2024. Atlet 21 tahun itu memang mempunyai ‘DNA angkat besi’ dalam darahnya.
Emas Olimpiade 2024 didapat oleh Rizki saat berlomba di South Paris Arena, Jumat (9/8/2024) dini hari WIB. Dia mencatatkan total angkatan 354 kilogram, unggul atas Weeraphon Wichhuma (346 kilogram) dan Dimitrov Bozhidar Andreev (344 kilogram).
Rizki sudah akrab dengan angkat besi sejak umur sembilan tahun atau kelas empat SD. Tak heran Rizki sudah menggandrungi angkat besi sejak dini, ayahnya, Mohamad Yasin, juga seorang lifter.
Tak cukup cuma ayah, kakak Rizki, Riska Anjani Yasin, juga merupakan atlet angkat besi. Dia biasa turun di kelas +75 kilogram putri.
Baca juga: Rekornya di Olimpiade Dipecahkan Rizki, Susy Susanti Singgung Pembinaan |
Riska pernah memecahkan rekor nasional angkat besi saat berlaga di PON 2012 di Riau. Dia mencatatkan total angkatan 242 kilogram.
Yasin berbincang dengan detikcom mengenai keluarganya yang nyaris semuanya lifter. Bahkan, suami Riska juga seorang atlet angkat besi. Triyatno merupakan peraih perunggu di Olimpiade 2008 di Beijing saat turun di kelas 62 kilogram dan meraih perak di Olimpiade 2012 di London di kelas 69 kilogram.
“Saya atlet tahun 1980-an. Saya pernah ikut PON lima kali, SEA Games lima kali. Ada event-event lain Kejuaraan Dunia Terbuka, Asia juga,” kata Yasin kepada detikcom dalam sebuah perbincangan di Sasana Angkat Besi Bulldog Gym Banten di Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.
“Saya pensiun menjadi atlet tahun 1999, tahun berikutnya, 2000-an, saya serius mendalami pelatih pada 2005 saat Riska, kakaknya Rizki, menjalani latihan,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Rizki Juniansyah Pecahkan Rekor Susy Susanti di Olimpiade |
Perjalanan Rizki sampai bisa mencetak sejarah tak lepas dari didikan keras Yasin. Kerja keras Yasin dan Rizki itu akhirnya membuahkan sejarah. Rizki menjadi peraih emas Olimpiade termuda di Indonesia, juga menjadi lifter pertama yang meraih emas di ajang Olimpiade.
“Kalau latihan biasa saja ya, maksudnya biasa begini, apa yang diterapkan ke yang lain juga diterapkan ke Rizki. Cuma saya menganggap latihan ini saya tidak membedakan Rizki karena akan. Anak latihannya dimanja, tidak,”
“Bahkan saya kalau melatih Rizki lebih keras daripada atlet yang lain. Karena saya memberi contoh ke anak saja. Apalagi yang lain bisa. Alhamdulillah Rizki dapat menjalankan programnya dengan baik sejak kecil. Ini hasilnya,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Olimpiade: Indonesia 2 Emas Setelah 32 Tahun, Tak Ada dari Bulutangkis |
(cas/krs)